Judul Buku :
Ilmu Pendidikan Islam
Penulis :
Dr. Abdul Mujib, M.Ag
Dr.
Jusuf Mudzakir, M.Si
Resume
ILMU
PENDIDIKAN ISLAM
Buku
ini membingkai berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu pendidikan islam dalam keindahaan
dan ajaran islam. Aksentuasi pembahasan yang mengarah kepada islam berlandas
nilai-nilai Ilahiyah ini dibuka dengan pengantar tentang pendidikan islam
(sumber, dasar, dan tujuan), berlanjut kepada keduudkan, ugas, kompetensi,
serta kode etik pendidik dan paradigma, sifat, sertra etika pesrta didik dalam
pendidikan islam, kemudian dengan ditutup dengan pembahsan seputar kurikulum,
metode, evaluasi, dan kelembagaan dalam pendidikan Islam.
Koomprehentifitas
pembahasanya menyuguhkan wawasan pendidikan islam dalam potret yang utuh yang
memungkinkan pembaharuan dan penyempurnaan aplikasi sitem pendidikan berbasis
islam yang sudah pernah ada.
Deskripsi
mengenai topik ini dapat dimulai dengan pertanyaan, Mungkinkah Islam dapat
dijadikan alternatif paradigma ilmu pendidikan? Apakah masalah-masalah
pendidikan yang merupakan lapangan kehidupan objektif, empiris dan praktis
manusia dapat dikaji melalui postulasi Islam? Bukankah hal itu hanya akan
melahirkan teori-teori yang mengambang?
Satu sisi
pertanyaan itu dapat dibenarkan, sebab kajian Islam selalu bertolak dari
dogmatika Ilahi yang harus diyakini kebenarannya, bukan bertolak dari
realitas sosio-kultural manusia, sedangkan persoalan-persoalan pendidikan lebih
merupakan persoalan praktis, empiris dan pragmatis. Namum di sisi yang lain,
pertanyaan tersebut perlu dikaji ulang. Sebab tidak semua persoalan pendidikan
dapat dijawab melalui analisis objektif-empiris, tetapi justru membutuhkan
analisis yang bersifat aksiomatik, seperti persoalan keberadaan Tuhan, manusia
dan alam. Masalah-masalah ini lebih mudah dikaji melalui pendekatan agama.
Pemahaman
tentang pendidikan islam dapat diawali dari penelusuran pengrtian pendidikan
ilsm, seabb dalam pengertian terkandung indikator-indidkato esensial dalam
pendidikan. Upaya peenlusuran pengertian pendidikan islam kiarnya tepat apabila
kita menggunkan metodologi sitematik Izutsu. Menurut Izutsu terdapat tiga
prosedur untuk mengali hakikat sesuatu dari alquran. Pendidkan dalam wacana
keislaman lebih populer denganistilah tarbiah, ta’lim, ta’bid, riyadhah,
irsyad, dan tadris.
Sumber
pendidikan islam yang dimaksudkan disini adalah semua acuan dan rujukan yang
darinya memencarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai ditransinternalisasikan
dalam pendidikan islam sumber ini tentunya teklah diyakini kebenaran dan
kekuatannya dalam menghantar aktifitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu
kewaktu.
Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang
bergaerak dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh, paripurna atau syumun,
memerlukan suatu dasar yang kokoh. kajian tentang pendidikan Islam tidak lepas
dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yaitu :
a.
Al-Qur’an
ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW.
b.
As-Sunnah
ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan rasul.
Maka dari
pada itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia
muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya
mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk yang berkaitan
dengan pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap
beberapa pembenaran dan mendesak untuk segara ditampilkan yaitu :
a)
Menerangkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum
b)
Sunnah
mengkhitmati Al-Qur’an.
c)
Ijtihad
Ijtihad
adalah istilah para fuqoha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh
ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan
sesuatu hukum syara’ dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh
Al-Qur’an dan Sunnah. Namun dengan demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja
meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan
Sunnah.
Oleh karena
itu, ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah
rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam
kehidupan, yang senantiasa berkembang. Fungsi pendidikan islam adalah
menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan
islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini
mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan intitusional. Arti dan
tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya struktur organisasi pendidikan yang
mengatur jalannya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun
segi horizontal.
Faktor-faktor
pendidikan bisa berfungsi secara interaksional (saling memengaruhi) yang
bermuara pada tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan
intitusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi di
dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin proses pendidikan
yang berjalan secara konsisten dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan
dan perkembangan manusia dan cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal.
Oleh karena itu, terwujudlah berbagai jenis dan jalur kependidikan yang formal,
informal, dan nonformal dalam masyarakat. Menurut Kurshid Ahmad, yang dikutip Ramayulis, fungsi pendidikan
Islam adalah sebagai berikut:
· Alat untuk
memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan,
nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa.
· Alat untuk
mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya
melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga
manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.
Pendidikan Islam
menurut Hasan Langgulung didefinisikan sebagai: “ suatu proses spiritual,
akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya
nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan
kehidupan dunia dan akherat.
Pada prinsipnya tujuan
pendidikan Islam haruslah selaras dengan tujuan risalah Islam, sejalan dengan
tujuan syari’at Islam. Karena itu tujuan pendidikan Islam harus bersifat
universal dan selalu aktual dengan segala zaman, sebagaimana selalu aktualnya
ajaran Islam, sehingga tujuan syari’at Islam yang hendak mewujudkan rahmatan li
al-alamin benar-benar dapat direalisasikan.
Konsep pendidikan Islam
pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik atau manusia universal
(insan kamil) yakni sesuai dengan fungsi diciptakannya manusia dimana ia
membawa dua misi, yaitu: pertama sebagai Hamba Allahdan kedua, khalifatulloh.
Berdasarkan
definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas,
beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
1) Adanya tujuan yang hendak dicapai
2) Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
3) Aktivitas itu terjadi saat proses
pembelaran berlangsung
4) Adanya perubahan tingkah laku setelah
aktivitas itu dilakukan.
Ada
istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan
metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan
falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat juga diartikan
sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual. Sedangkan
teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas,
agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
Dalam
penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau
social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan
metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan
Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan
pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah
mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan
Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan
sosiologis.
Dasar
Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan
dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam
merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai
metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang
muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan
Hadits.
Dasar
Biologis, Perkembangan biologis manusia
mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis
perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula
daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam
seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
Dasar
Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis
peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan
nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian
ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Dasar
sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada
interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara
pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam
pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini.
Perbincangan
tentang evaluasi, tidak bisa dilepaskan dari tiga istilah; pengukuran,
penilaian, evaluasi. Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur
sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, berarti
membandingkan suhu badan itu dengan patokan ukuran suhu yang ada pada
termometer tersebut.
Dalam
dunia pendidikan, pengukuran adalah pengumpulan data melalui pengamatan
empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah
diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini
dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka
katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang
telah dilakukan siswa.
Penilaian
merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. Informasi yang
diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan.
Menurut Djemari Mardapi penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau
mendeskripsikan hasil pengukuran. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif
dari pengukuran, kemudian ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Pengukuran,
penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya
ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan
secara berurutan.
Islam yang
memiliki sifat universal dan kosmopolit dapat merambah ke ranah kehidupan
apapun, termasuk dalam ranah pendidikan. Ketika Islam dijadikan sebagai
paradigma ilmu pendidikan paling tidak berpijak pada tiga alasan. Pertama, ilmu
pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu normatif, karena ia terkait
oleh norma-norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam sangat berkompeten
untuk dijadikan norma dalam ilmu pendidikan. Kedua, dalam menganalisis
masalah pendidikan, para ahli selama ini cenderung mengambil teori-teori dan
falsafah pendidikan Barat. Ketiga, dengan menjadikan Islam sebagai
paradigma, maka keberadan ilmu pendidikan memilih ruh yang dapat
menggerakkan kehidupan spiritual dan kehidupan yang hakiki. Tanpa ruh
ini berarti pendidikan telah kehilangan ideologinya.
Pembahasan
konsep dan teori tentang pendidikan sampai kapan pun selalu saja relevan dan
memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak
terdapat tiga alasan mengapa hal itu terjadi: Pertama, pendidikan
melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamik, baik sebagai pendidik,
peserta didik maupun penanggung jawab pendidikan; Kedua, perlunya akan ivonasi
pendidikan akibat perkembangan sanis dan teknologi; Ketiga, tuntutan
globalisasi, yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya bahkan falsafah
suatu bangsa. Ketiga alasan itu tentunya harus diikuti dan dijawab oleh dunia
pendidikan, demi kelangsungan hidup manusia dalam situasi yang serba dinamik,
inovatif dan semakin mengglobal.
Buku yang
ada di hadapan anda ini merupakan salah satu jawaban terhadap permasalahan yang
dialami umat Islam atau bahkan umat manusia. Aksentuasi pembicaraan buku ini
lebih mengarah pada pendidikan yang berlandarkan nilai-nilai Ilahiyah (ketuhanan),
spiritual dan akhlak, sekalipun melibatkan seluruh komponen dasar dalam
pendidikan. Penekanan pada aspek ini disebabkan oleh paradigma penyusunan buku
ini didasarkan atas nilai dogmatika Islam yang diturunkan dari wahyu Ilahi.
Meskipun demikian, buku ini tidak dimaksudkan menafikan sumber-sumber,
tujuan-tujuan serta komponen-komponen lain dalam pendidikan, sebab bagaimanapun
juga pembahasan pendidikan selalu saja menggunakan pendekatan sistem, yang
masing-masing komponennya saling terkait.