KARIA ILMIAH

Jumat, 07 September 2012

RESUME ILMU PENDIDIKAN ISLAM


Judul Buku       : Ilmu Pendidikan Islam
Penulis             : Dr. Abdul Mujib, M.Ag
  Dr. Jusuf Mudzakir, M.Si

Resume
ILMU PENDIDIKAN ISLAM

Buku ini membingkai berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu pendidikan islam dalam keindahaan dan ajaran islam. Aksentuasi pembahasan yang mengarah kepada islam berlandas nilai-nilai Ilahiyah ini dibuka dengan pengantar tentang pendidikan islam (sumber, dasar, dan tujuan), berlanjut kepada keduudkan, ugas, kompetensi, serta kode etik pendidik dan paradigma, sifat, sertra etika pesrta didik dalam pendidikan islam, kemudian dengan ditutup dengan pembahsan seputar kurikulum, metode, evaluasi, dan kelembagaan dalam pendidikan Islam.
Koomprehentifitas pembahasanya menyuguhkan wawasan pendidikan islam dalam potret yang utuh yang memungkinkan pembaharuan dan penyempurnaan aplikasi sitem pendidikan berbasis islam yang sudah pernah ada.
Deskripsi mengenai topik ini dapat dimulai dengan pertanyaan, Mungkinkah Islam dapat dijadikan alternatif paradigma ilmu pendidikan? Apakah masalah-masalah pendidikan yang merupakan lapangan kehidupan objektif, empiris dan praktis manusia dapat dikaji melalui postulasi Islam? Bukankah hal itu hanya akan melahirkan teori-teori yang mengambang?
Satu sisi pertanyaan itu dapat dibenarkan, sebab kajian Islam selalu bertolak dari dogmatika Ilahi yang harus diyakini kebenarannya, bukan bertolak dari realitas sosio-kultural manusia, sedangkan persoalan-persoalan pendidikan lebih merupakan persoalan praktis, empiris dan pragmatis. Namum di sisi yang lain, pertanyaan tersebut perlu dikaji ulang. Sebab tidak semua persoalan pendidikan dapat dijawab melalui analisis objektif-empiris, tetapi justru membutuhkan analisis yang bersifat aksiomatik, seperti persoalan keberadaan Tuhan, manusia dan alam. Masalah-masalah ini lebih mudah dikaji melalui pendekatan agama.
Pemahaman tentang pendidikan islam dapat diawali dari penelusuran pengrtian pendidikan ilsm, seabb dalam pengertian terkandung indikator-indidkato esensial dalam pendidikan. Upaya peenlusuran pengertian pendidikan islam kiarnya tepat apabila kita menggunkan metodologi sitematik Izutsu. Menurut Izutsu terdapat tiga prosedur untuk mengali hakikat sesuatu dari alquran. Pendidkan dalam wacana keislaman lebih populer denganistilah tarbiah, ta’lim, ta’bid, riyadhah, irsyad, dan tadris.
Sumber pendidikan islam yang dimaksudkan disini adalah semua acuan dan rujukan yang darinya memencarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai ditransinternalisasikan dalam pendidikan islam sumber ini tentunya teklah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam menghantar aktifitas pendidikan, dan telah teruji dari waktu kewaktu.
Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang bergaerak dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh, paripurna atau syumun, memerlukan suatu dasar yang kokoh. kajian tentang pendidikan Islam tidak lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yaitu :
a.       Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
b.      As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan rasul.
Maka dari pada itu, Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim dan selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk yang berkaitan dengan pendidikan. As-Sunnah juga berfungsi sebagai penjelasan terhadap beberapa pembenaran dan mendesak untuk segara ditampilkan yaitu :
         a)         Menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat umum
         b)         Sunnah mengkhitmati Al-Qur’an.
         c)         Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqoha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syara’ dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Namun dengan demikian ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Oleh karena itu, ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah rasul Allah wafat. Sasaran ijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang. Fungsi pendidikan islam adalah menyediakan segala fasilitas yang dapat memungkinkan tugas-tugas pendidikan islam tersebut tercapai dan berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan bersifat struktural dan intitusional. Arti dan tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya struktur organisasi pendidikan yang mengatur jalannya proses kependidikan, baik dilihat dari segi vertikal maupun segi horizontal. 
Faktor-faktor pendidikan bisa berfungsi secara interaksional (saling memengaruhi) yang bermuara pada tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan intitusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin proses pendidikan yang berjalan secara konsisten dan berkesinambungan yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan manusia dan cenderung ke arah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah berbagai jenis dan jalur kependidikan yang formal, informal, dan nonformal dalam masyarakat. Menurut Kurshid Ahmad, yang dikutip Ramayulis, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 
·     Alat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan bangsa. 
·    Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan, dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi.
Pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung didefinisikan sebagai: “ suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai, prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia dan akherat. 
Pada prinsipnya tujuan pendidikan Islam haruslah selaras dengan tujuan risalah Islam, sejalan dengan tujuan syari’at Islam. Karena itu tujuan pendidikan Islam harus bersifat universal dan selalu aktual dengan segala zaman, sebagaimana selalu aktualnya ajaran Islam, sehingga tujuan syari’at Islam yang hendak mewujudkan rahmatan li al-alamin benar-benar dapat direalisasikan. 
Konsep pendidikan Islam pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik atau manusia universal (insan kamil) yakni sesuai dengan fungsi diciptakannya manusia dimana ia membawa dua misi, yaitu: pertama sebagai Hamba Allahdan kedua, khalifatulloh.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
1)      Adanya tujuan yang hendak dicapai
2)      Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
3)      Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
4)      Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual. Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umummetode pendidikan Islam. Sebab  metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini.
Perbincangan tentang evaluasi, tidak bisa dilepaskan dari tiga istilah; pengukuran, penilaian, evaluasi. Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Mengukur suhu badan seseorang dengan termometer, berarti membandingkan suhu badan itu dengan patokan ukuran suhu yang ada pada termometer tersebut.
Dalam dunia pendidikan, pengukuran adalah pengumpulan data melalui pengamatan empiris. Proses pengumpulan ini dilakukan untuk menaksir apa yang telah diperoleh siswa setelah mengikuti pelajaran selama waktu tertentu. Proses ini dapat dilakukan dengan mengamati kinerja mereka, mendengarkan apa yang mereka katakan serta mengumpulkan informasi yang sesuai dengan tujuan melalui apa yang telah dilakukan siswa.
Penilaian merupakan langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan dan ditafsirkan. Menurut Djemari Mardapi penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif dari pengukuran, kemudian ditafsirkan dalam bentuk nilai.
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki. Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara berurutan.
Islam yang memiliki sifat universal dan kosmopolit dapat merambah ke ranah kehidupan apapun, termasuk dalam ranah pendidikan. Ketika Islam dijadikan sebagai paradigma ilmu pendidikan paling tidak berpijak pada tiga alasan. Pertama, ilmu pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu normatif, karena ia terkait oleh norma-norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam sangat berkompeten untuk dijadikan norma dalam ilmu pendidikan. Kedua, dalam menganalisis masalah pendidikan, para ahli selama ini cenderung mengambil teori-teori dan falsafah pendidikan Barat. Ketiga, dengan menjadikan Islam sebagai paradigma, maka keberadan ilmu pendidikan memilih ruh yang dapat menggerakkan kehidupan spiritual dan kehidupan yang hakiki. Tanpa ruh ini berarti pendidikan telah kehilangan ideologinya.
Pembahasan konsep dan teori tentang pendidikan sampai kapan pun selalu saja relevan dan memiliki ruang yang cukup signifikan untuk ditinjau ulang. Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa hal itu terjadi: Pertama, pendidikan melibatkan sosok manusia yang senantiasa dinamik, baik sebagai pendidik, peserta didik maupun penanggung jawab pendidikan; Kedua, perlunya akan ivonasi pendidikan akibat perkembangan sanis dan teknologi; Ketiga, tuntutan globalisasi, yang meleburkan sekat-sekat agama, ras, budaya bahkan falsafah suatu bangsa. Ketiga alasan itu tentunya harus diikuti dan dijawab oleh dunia pendidikan, demi kelangsungan hidup manusia dalam situasi yang serba dinamik, inovatif dan semakin mengglobal.
Buku yang ada di hadapan anda ini merupakan salah satu jawaban terhadap permasalahan yang dialami umat Islam atau bahkan umat manusia. Aksentuasi pembicaraan buku ini lebih mengarah pada pendidikan yang berlandarkan nilai-nilai Ilahiyah (ketuhanan), spiritual dan akhlak, sekalipun melibatkan seluruh komponen dasar dalam pendidikan. Penekanan pada aspek ini disebabkan oleh paradigma penyusunan buku ini didasarkan atas nilai dogmatika Islam yang diturunkan dari wahyu Ilahi. Meskipun demikian, buku ini tidak dimaksudkan menafikan sumber-sumber, tujuan-tujuan serta komponen-komponen lain dalam pendidikan, sebab bagaimanapun juga pembahasan pendidikan selalu saja menggunakan pendekatan sistem, yang masing-masing komponennya saling terkait.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AYO BELAJAR

Islam memperkenankan kepada setiap muslim meraih ilmu kimia, biologi, astronomi, kedokteran, industri, pertanian, administrasi, dan kesektariatan, dan sejenisnya dari orang non muslim atau orang mulim yang tidak percaya ketakwaannya. Hal itu boleh dengan syarat tidak ditemukannya seorang muslim yang terpercaya keagamaan dan ketakwaannya yang dapat diambil ilmu darinya.